Rabu, Juni 10, 2009

Burung Kaha

Dahulu kala, hiduplah seorang nelayan yang sudah tua. Pagi-pagi sekali biasanya ia sudah pergi ke sungai untuk memancing. Ia akan berada di sungai seharian penuh. Jika hari sudah petang, barulah ia akan menghitung hasil pancingannya. Biasanya, tidak lebih dari dua ekor yang ia dapat. Kemudian ia akan menjual ikan itu ke pasar dan membeli sedikit makanan untuk dirinya dan juga istrinya. 

Suatu pagi, ketika ia sedang memancing munculah seekor burung yang sangat indah berwarna keperakkan. Burung itu bukan sembarang burung, ia adalah burung Kaha, yang sering menolong orang-orang miskin. Burung Kaha memperhatikan si nelayan menunggu dan menunggu sampai akhirnya ia berhasil menangkap seekor ikan.

Lalu ia bertanya pada nelayan tua itu "Apa yang akan kamu perbuat dengan ikan ini kek?" 

"Aku akan menjualnya ke pasar, jadi aku bisa membeli sedikit roti untuk diriku dan istriku."

Burung Kaha merasa kasihan kepada si nelayan tua. 

"Selama hidup, kakek sudah cukup menderita, karena itu aku akan membawakan untuk kakek seekor ikan yang besar setiap hari. Kakek bisa mendapatkan uang yang banyak dari situ."

Saat malam hari tiba, burung Kaha terbang membawa seekor ikan yang besar dan menjatuhkannya di depan rumah nelayan tua. Keesokan paginya, nelayan tua memotong-motong ikan itu, menggorengnya, lalu menjualnya ke pasar. Begitulah yang terjadi setiap hari. Sedikit demi sedikit nelayan tua itu menjadi kaya.

Bahkan ia dapat membeli sebuah rumah dengan taman di sekelilingnya.

Suatu hari di pasar, nelayan tua mendengar utusan kerajaan mengumumkan, barang siapa yang bisa memberitahu di mana burung Kaha, ia akan diberi imbalan setengah dari kerajaan dan lima puluh kantong emas. Si nelayan tua amat tergiur dengan tawaran itu.

"Adduuh burung itu kan sudah menyelamatkan aku dari kemiskinan. Mana mungkin aku mengkhianatinya? Tapi pasti menyenangkan jika dapat memiliki separuh dari kerajaan!"

Utusan kerajaan melihat nelayan tua yang sedang resah. Ia yakin nelayan itu tahu sesuatu. Langsung saja ia membawa si nelayan menghadap raja.

Di kerajaan, raja meminta tolong pada si nelayan tua. Ia sangat membutuhkan darah burung Kaha untuk mengobati matanya yang mulai buta. Nelayan tua yang berubah jadi serakah menjawab.

"Raja yang terhormat, burung Kaha selalu datang ke rumahku tiap malam. Tapi, karena ia kuat dan besar maka aku tidak akan mampu menangkapnya sendirian. Aku butuh bantuan paling tidak seratus orang."
Raja mengabulkan permintaan nelayan tua. Malam harinya, seratus orang pelayan raja bersembunyi di sekitar rumah si nelayan tua menanti kehadiran burung Kaha . Tidak lama kemudian, datanglah burung Kaha. Nelayan tua berpura-pura mengundangnya makan malam. Ketika burung Kaha mulai menikmati makanan, nelayan tua segera berteriak.

"Aku menangkapnya! Cepat keluar! Cepat!"

Seketika, pelayan-pelayan itu berhamburan keluar dari tempat persembunyiannya dan berusaha menangkap burung Kaha. Tetapi dengan sigap burung Kaha segera mengembangkan sayapnya dan terbang. Nelayan tua berhasil memegang kaki burung Kaha dan ikut bergelantungan di udara. Seorang pelayan lalu melompat dan berhasil memegang kaki si nelayan. Pelayan kedua segera memegang kaki pelayan pertama. Begitu seterusnya hingga mereka semua ikut bergelantungan. 

Burung Kaha terbang semakin tinggi melewati awan-awan. Lalu si nelayan tua melihat ke bawah. Ia sudah tidak bisa melihat bumi lagi! Tiba-tiba tangannya sudah tidak kuat menahan, dan jari-jarinya lepas dari kaki burung Kaha. Seketika itu, jatuhlah dia bersama seluruh pelayan-pelayan itu ke bumi dan akhirnya meninggal.

Burung Kaha kembali ke kerajaan asalnya di langit dan tidak ada manusia yang pernah melihatnya lagi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar