Jaman dahulu, di bumi ini tidak ada tebing. Semua daratan berbentuk padang rumput yang sangat luas. Suatu hari, Dewa Padang Rumput sedang berjalan-jalan di padang rumput yang luas. Tetapi tidak ada satupun bunga disitu. Hanya ada rumput, rumput dan rumput.
Bertanyalah Dewa Padang Rumput pada si Padang Rumput,"Mengapa hanya ada rumput disini? Kemanakah semua bunga-bungamu?"
Padang Rumput menjawab, "Dewa-ku, aku tidak memiliki benihnya."
Maka, Dewa Padang Rumput memanggil semua burung dan memberikan perintah,
"Wahai, semua burung-burung di angkasa. Aku perintahkan kalian membawa semua benih dari berbagai jenis bunga-bungaan. Ambillah benih itu dari berbagai penjuru tempat dan taburkan di Padang Rumput."
Keesokan harinya, tibalah beribu-ribu burung di Padang Rumput. Semua burung itu membawa beraneka benih bunga, lalu menaburkannya di Padang Rumput. Sesuai dengan perintah Dewa Padang Rumput.
Tak lama kemudian, Padang Rumput telah dipenuhi dengan beraneka jenis bunga yang indah. Ada mawar, lili, anggrek, bunga desi, melati, lavender, dan masih banyak bunga lainnya. Bunga-bunga indah ini menghiasi Padang Rumput sepanjang musim semi.
Dewa Padang Rumput datang mengunjungi Padang Rumput dan sangat terkesan. Tetapi ia tidak melihat bunga favoritnya. Ia lalu berkata kepada Padang Rumput,"Dimanakah bunga krisan, kesukaanku? Mengapa kau tidak memiliki bunga ini?"
Sekali lagi, Padang Rumput menjawab, "Dewa-ku, aku tidak memiliki benih bunga krisan..
Sekali lagi, Dewa Padang Rumput memanggil semua burung,"Wahai, semua burung di angkasa. Kuperintahkan kalian mengambil semua benih bunga yang ada di bumi dan taburkan benih itu di Padang Rumput."
Tetapi, ketika Dewa Padang Rumput kembali mengunjungi Padang Rumput, ia masih belum menemukan bunga kesukaannya.
"Mengapa masih belum ada bunga kesukaanku? Bunga krisan yang indah.."
Kali ini Padang Rumput menjawab dengan sedih,
"Dewa-ku, aku tidak bisa memelihara bunga itu. Angin selalu datang dan menyapunya dari tanahku. Selain itu, matahari selalu menyinari aku dengan teriknya. Benih-benih itu jadi kering dan terbang terbawa angin."
Maka Dewa Padang Rumput segera berbicara dengan Petir dan dengan kekuatannya yang hebat, Petir segera menyerang Padang Rumput, menyisakan luka hitam terbakar. Berhari-hari Padang Rumput mengerang kesakitan.
Tetapi, kemudian sebuah sungai kecil mengalirkan airnya membelah Padang Rumput, membawa lumut hitam. Sekali lagi, burung-burung datang menaburkan benih-benih bunga.
Setelah waktu yang cukup lama, aliran air itu menggeser bebatuan yang ada di Padang Rumput membentuk sebuah tebing. Di tepi-tepi tebing bergantungan beragam jenis bunga yang indah, termasuk bunga krisan, kesukaan Dewa Padang Rumput. Sebuah pohon besar tumbuh melindungi bunga-bunga itu dari sinar matahari.
Padang Rumput telah berubah menjadi tebing yang indah sekali. Kini, si Padang Rumput menjadi tempat kesukaan Dewa Padang Rumput untuk beristirahat.
[Dongeng ini ditulis oleh Ralph Connor]
Bertanyalah Dewa Padang Rumput pada si Padang Rumput,"Mengapa hanya ada rumput disini? Kemanakah semua bunga-bungamu?"
Padang Rumput menjawab, "Dewa-ku, aku tidak memiliki benihnya."
Maka, Dewa Padang Rumput memanggil semua burung dan memberikan perintah,
"Wahai, semua burung-burung di angkasa. Aku perintahkan kalian membawa semua benih dari berbagai jenis bunga-bungaan. Ambillah benih itu dari berbagai penjuru tempat dan taburkan di Padang Rumput."
Keesokan harinya, tibalah beribu-ribu burung di Padang Rumput. Semua burung itu membawa beraneka benih bunga, lalu menaburkannya di Padang Rumput. Sesuai dengan perintah Dewa Padang Rumput.
Tak lama kemudian, Padang Rumput telah dipenuhi dengan beraneka jenis bunga yang indah. Ada mawar, lili, anggrek, bunga desi, melati, lavender, dan masih banyak bunga lainnya. Bunga-bunga indah ini menghiasi Padang Rumput sepanjang musim semi.
Dewa Padang Rumput datang mengunjungi Padang Rumput dan sangat terkesan. Tetapi ia tidak melihat bunga favoritnya. Ia lalu berkata kepada Padang Rumput,"Dimanakah bunga krisan, kesukaanku? Mengapa kau tidak memiliki bunga ini?"
Sekali lagi, Padang Rumput menjawab, "Dewa-ku, aku tidak memiliki benih bunga krisan..
Sekali lagi, Dewa Padang Rumput memanggil semua burung,"Wahai, semua burung di angkasa. Kuperintahkan kalian mengambil semua benih bunga yang ada di bumi dan taburkan benih itu di Padang Rumput."
Tetapi, ketika Dewa Padang Rumput kembali mengunjungi Padang Rumput, ia masih belum menemukan bunga kesukaannya.
"Mengapa masih belum ada bunga kesukaanku? Bunga krisan yang indah.."
Kali ini Padang Rumput menjawab dengan sedih,
"Dewa-ku, aku tidak bisa memelihara bunga itu. Angin selalu datang dan menyapunya dari tanahku. Selain itu, matahari selalu menyinari aku dengan teriknya. Benih-benih itu jadi kering dan terbang terbawa angin."
Maka Dewa Padang Rumput segera berbicara dengan Petir dan dengan kekuatannya yang hebat, Petir segera menyerang Padang Rumput, menyisakan luka hitam terbakar. Berhari-hari Padang Rumput mengerang kesakitan.
Tetapi, kemudian sebuah sungai kecil mengalirkan airnya membelah Padang Rumput, membawa lumut hitam. Sekali lagi, burung-burung datang menaburkan benih-benih bunga.
Setelah waktu yang cukup lama, aliran air itu menggeser bebatuan yang ada di Padang Rumput membentuk sebuah tebing. Di tepi-tepi tebing bergantungan beragam jenis bunga yang indah, termasuk bunga krisan, kesukaan Dewa Padang Rumput. Sebuah pohon besar tumbuh melindungi bunga-bunga itu dari sinar matahari.
Padang Rumput telah berubah menjadi tebing yang indah sekali. Kini, si Padang Rumput menjadi tempat kesukaan Dewa Padang Rumput untuk beristirahat.
[Dongeng ini ditulis oleh Ralph Connor]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar